Our Place

haechan dengan tenang mengendarai mobilnya ke tempat yang alamatnya dikirim oleh hendery.

tempatnya sedikit jauh dari pusat kota, suasana hari ini sangat bagus, matahari dengan senang memancarkan cahayanya ke seluruh permukaan jalan yang dilalui haechan. pohon rindang tinggi menjulang sebagai pemandangan sisi kanan dan kirinya. mobilnya berhenti, ia memastikan bahwa tempatnya benar dengan mengecek kembali alamat yang dikirim hendery. benar, semuanya tidak salah. namun kenapa ia merasa familiar dengan tempat ini.

haechan kemudian memutuskan untuk keluar dari mobil, melewati blok batu yang disusun memanjang menuju pintu utama resto. resto ini sangat indah!

haechan memegang knop pintu kemudian mendorongnya. namun, ia hanya memandangi interiornya dari ambang pintu. tatapannya terpaku pada sebuah bangku yang berada di dekat jendela besar.

disitu terletak mawar putih yang sedikit layu. sepertinya pegawai disini lupa untuk menggantinya.

“ah tuan haechan?” ujar perempuan tua pemilik resto.

“bibi, apa kabar?” haechan tersenyum, menahan bulir air mata yang akan jatuh. namun, wanita itu hanya membalasnya dengan senyuman meneduhkan.

sambil mengusap bahu kiri haechan, ia berkata “silahkan berkeliling dahulu, jika kau butuh bantuan, kau bisa memanggilku”

haechan membalasnya dengan anggukan. kemudian berjalan menuju bangku yang ia tatap sedari tadi.

tempat yang sama, namun suasananya berbeda. ia merindukan lelaki itu, lelaki yang telah mengisi seluruh hatinya. enam tahun lalu, ia duduk disini bersama lelaki yang ia cintai, saling tersipu malu.

tanpa sadar, ia jatuh terduduk di bangku yang sama seperti yang ia tempati dulu, sambil terisak. bahunya bergetar. air matanya berlomba keluar. tangannya bergetar, mencoba meraih mawar putih yang terletak apik diatas meja.

“oh tuhan, kenapa ini semua terasa sama seperti waktu itu”