“kenapa?”
Haechan menampilkan senyum termanisnya, kemudian berjalan perlahan ke arah Mark.
“kak aku boleh minta sesuatu ga?”
“apa?”
“aku mau peluk kamu”
“bolehh”
Mark merentangkan tangannya, lalu Haechan dengan cepat menubrukkan tubuhnya ke tubuh Mark.
“kamu ga takut ketinggalan kereta Chan?”
“aku mau gini bentar sama kamu, kita ga bakal ketemu lagi loh”
Mark tersenyum, kemudian mencium kepala Haechan. Perlahan Haechan melepaskan pelukan Mark.
“kak nanti kalo udah sampe rumah, tolong buka laci yang di deket tempat tidur kamu ya-
dadahhhhh kak marrkkkkk!!! jangan nangis ya abis ini!!”
“iyaaa!! hati-hati ya kamu”
Haechan pergi menjauhi Mark dengan cengiran khasnya. Ketika tubuh Haechan sudah tidak terlihat, Mark menghembuskan nafasnya kasar.
“perasaan gue ga enak”